Perbedaan PMS dan PMDD
Mari kita bahas perbedaan PMS dan PMDD . Bagi sebagian wanita, datang bulan bukan cuma soal kram perut atau perubahan mood ringan. Ada yang sampai merasa dunia runtuh, sedih tanpa sebab, bahkan kesulitan menjalani aktivitas harian.
Kondisi ini sering dikira PMS biasa, padahal bisa jadi tanda PMDD β gangguan pramenstruasi yang jauh lebih serius.
Apa Itu PMS dan PMDD?
π©Έ PMS (Premenstrual Syndrome)
PMS adalah kumpulan gejala fisik dan emosional yang muncul 1β2 minggu sebelum menstruasi.
Biasanya, PMS bersifat ringan hingga sedang dan membaik begitu menstruasi dimulai.
Gejala umum PMS:
- Perut kembung dan nyeri ringan.
- Payudara terasa sensitif.
- Perubahan mood (mudah marah atau sedih).
- Nafsu makan meningkat.
- Kelelahan ringan.
Menurut Cleveland Clinic, hampir 75% wanita usia subur mengalami PMS dalam berbagai tingkat keparahan.
β‘ PMDD (Premenstrual Dysphoric Disorder)
PMDD adalah bentuk lebih berat dari PMS.
Gejalanya tidak hanya fisik, tapi juga emosional ekstrem dan mempengaruhi kualitas hidup.
Gejala PMDD meliputi:
- Perasaan sedih berlebihan atau depresi.
- Kecemasan dan mudah panik.
- Mudah tersinggung secara ekstrem.
- Sulit konsentrasi.
- Gangguan tidur (insomnia atau terlalu banyak tidur).
- Pikiran negatif, bahkan ide untuk menyakiti diri.
Menurut Harvard Health Publishing, sekitar 3β8% wanita mengalami PMDD, dan kondisi ini dikategorikan sebagai gangguan kesehatan mental dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).
Perbedaan PMS dan PMDD
| Aspek | PMS | PMDD |
|---|---|---|
| Tingkat Keparahan | Ringan hingga sedang | Berat dan mengganggu aktivitas harian |
| Durasi Gejala | 3β5 hari sebelum menstruasi | 7β14 hari sebelum menstruasi |
| Fokus Gejala | Lebih ke fisik (kram, kembung, kelelahan) | Lebih ke emosional (depresi, kecemasan) |
| Respon terhadap Menstruasi | Gejala hilang saat haid dimulai | Gejala bisa bertahan lebih lama |
| Dampak pada Aktivitas | Umumnya masih bisa berfungsi normal | Bisa mengganggu pekerjaan, relasi, dan kualitas hidup |
Penyebab PMS dan PMDD
Kedua kondisi ini dipengaruhi oleh fluktuasi hormon estrogen dan progesteron dalam siklus menstruasi. Namun, pada PMDD, tubuh dan otak bereaksi lebih sensitif terhadap perubahan hormon tersebut.
Selain faktor hormonal, beberapa penyebab lain termasuk:
- Ketidakseimbangan serotonin (neurotransmitter pengatur mood).
- Riwayat depresi atau gangguan kecemasan.
- Stres kronis.
- Pola tidur dan nutrisi buruk.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika kamu merasa gejala PMS terlalu berat atau tidak membaik bahkan setelah haid, segera konsultasikan ke dokter.
Tanda kamu mungkin mengalami PMDD:
- Perubahan mood ekstrem hingga memengaruhi hubungan sosial.
- Menangis atau merasa hampa tanpa alasan jelas.
- Sulit berfungsi normal di sekolah atau tempat kerja.
- Pikiran untuk menyakiti diri.
PMDD bukan βdrama hormonalβ β tapi kondisi medis yang bisa diobati dengan kombinasi terapi psikologis, obat antidepresan ringan, dan perubahan gaya hidup.
Cara Mengelola PMS dan PMDD
- π§ββοΈ Latihan Relaksasi dan Meditasi
Membantu menyeimbangkan hormon stres dan meningkatkan kualitas tidur. - π Nutrisi Seimbang
Konsumsi makanan kaya magnesium, kalsium, dan vitamin B6 untuk mengurangi gejala. - πΆββοΈ Aktivitas Fisik Rutin
Olahraga ringan seperti yoga atau jalan kaki terbukti memperbaiki mood. - π¬ Terapi Psikologis (CBT)
Efektif untuk membantu pasien PMDD mengelola pikiran negatif. - π Konsultasi Dokter
Beberapa kasus membutuhkan terapi hormon atau antidepresan ringan untuk menstabilkan mood.
Kesimpulan
Perbedaan PMS dan PMDD terletak pada tingkat keparahan dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.
Jika PMS masih bisa ditoleransi, PMDD bisa menjadi gangguan serius yang membutuhkan perhatian medis.
Mengetahui perbedaan ini penting agar setiap wanita bisa lebih memahami tubuhnya, bukan mengabaikannya. Karena mengenal gejala bukan kelemahan β tapi langkah pertama menuju keseimbangan diri. π
(Baca Juga: Sleep Debt: Utang Tidur yang Diam-Diam Merusak Kesehatan)
