riset pasar kuliner
Bisnis kuliner selalu menarik karena pasarnya luas dan konsumennya tidak pernah habis. Namun tidak semua makanan bisa laku—bahkan yang viral sekalipun. Untuk menemukan produk yang tepat, dibutuhkan riset pasar kuliner yang benar. Banyak pelaku UMKM melewatkan proses penting ini, sehingga produknya tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.
Artikel ini akan membahas cara menentukan produk kuliner yang benar-benar laku, berdasarkan data, kebiasaan konsumen, hingga peluang tren.
Analisis Kebutuhan Konsumen: Apa yang Paling Dicari?
Menurut laporan tren makanan Asia dari BBC Food, konsumen modern mengutamakan tiga hal:
- kenyamanan (mudah dimakan & dibawa)
- rasa yang familiar
- harga terjangkau
Sebelum menentukan produk, lakukan identifikasi kebutuhan konsumen berdasarkan lokasi:
- pekerja kantoran → makanan cepat saji
- mahasiswa → menu murah & porsi besar
- keluarga → makanan rumahan
- lingkungan perumahan → camilan sore
Semakin tepat target pasar, semakin besar peluang produk diterima.
Lihat Kompetitor Terdekat
Riset lapangan sederhana bisa menghemat banyak uang. Cara mudahnya:
- survei 10–15 tempat makan terdekat
- lihat menu yang paling laku
- pelajari harga rata-rata
- perhatikan jam ramai
- bandingkan kualitas, porsi, dan keunikan
Menurut Kompas Ekonomi, kompetitor bukan untuk ditiru, tetapi untuk dipelajari pola permintaannya.
Pelajari Tren Digital: Apa yang Viral Bukan Selalu Laku
Tren makanan di TikTok, Instagram, atau YouTube bisa jadi inspirasi, tapi tidak selalu cocok untuk semua lokasi.
Contoh makanan viral yang cepat mati:
- croffle
- dessert box
- dalgona coffee
Contoh makanan viral yang bertahan:
- ayam geprek
- bakso aci
- rice bowl
- makanan pedas
Gunakan tren sebagai referensi, bukan patokan utama.
Gunakan Metode Riset 4P Kuliner
Metode 4P (Product, Price, Place, Promotion) sangat efektif dalam riset pasar kuliner.
1. Product — Sesuaikan dengan selera lokal
Rasanya harus cocok dengan lidah setempat.
2. Price — Sesuaikan dengan daya beli sekitar
Harga menentukan keputusan konsumen.
3. Place — Lokasi memengaruhi jenis produk
Di kantor cocok makanan cepat saji, di kampus cocok cemilan murah.
4. Promotion — Promosi awal harus agresif
Sampling, diskon pembukaan, dan konten digital wajib dilakukan.
Gunakan Data dari Aplikasi Pesanan Makanan
Aplikasi seperti GoFood & GrabFood menyediakan kategori “terlaris”.
Biasanya yang selalu laku:
- ayam geprek
- mie ayam
- kopi susu
- nasi goreng
- rice bowl
- bakso & cuanki
Menurut CNN Business, produk kuliner yang mudah dipesan online memiliki peluang naik lebih cepat.
Uji Produk dalam Skala Kecil
Banyak UMKM langsung memproduksi besar tanpa uji pasar — hasilnya risiko rugi besar.
Cara uji produk yang benar:
- tawarkan ke 20–50 orang sekitar
- beri pilihan 3–4 rasa
- minta mereka isi feedback
- hitung mana yang paling disukai
- perbaiki resep sebelum produksi besar
Metode sederhana ini sangat efektif menjaga kualitas dan minat pembeli.
Tentukan Unique Selling Point (USP) yang Jelas
Produk yang laku biasanya punya ciri unik seperti:
- lebih pedas
- lebih murah
- lebih sehat
- lebih praktis
- lebih kekinian
USP menjadi alasan pembeli memilih kamu, bukan kompetitor.
Contoh Produk Kuliner yang Hampir Pasti Laku di Banyak Lokasi
Berdasarkan data riset kuliner nasional:
1. Makanan pedas
Selalu punya pasar kuat, terutama Gen Z.
2. Camilan gorengan sehat
Seperti tahu walik, risol mayo, tempe mendoan premium.
3. Menu rumahan hemat
Cocok untuk perumahan dan kantor.
4. Menu rice bowl
Praktis & pasarnya besar.
5. Kopi susu & minuman kekinian
Cocok untuk mahasiswa dan perkantoran.
Baca juga: Bisnis Antifragile: Cara Membangun Usaha yang Justru Menguat Saat Krisis
Kesimpulan
Melakukan riset pasar kuliner bukan hal rumit. Kuncinya adalah memahami kebutuhan konsumen, mempelajari kompetitor, memanfaatkan data digital, dan melakukan uji produk sebelum memulai produksi besar.
Dengan riset yang tepat, risiko kerugian bisa ditekan, dan peluang produk kamu laku di pasaran semakin besar.
Kuliner bukan hanya soal rasa—tetapi soal memahami pasar yang ingin kamu layani.
